Rock on!

Rock on!
Paramore

Sabtu, 24 Oktober 2009

Kesantunan paragraf

Nama : Gracia E.R.

NPM : 10207506

Kelas : 3EA06

Dosen : Sugito Martodiwiryo

Tugas Bahasa Indonesia

1. Pengertian paragraf : paragaf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran.

2. Syarat paragraph yang baik :

a. Kepaduan paragraph : mampu merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu dengan menggunakan kata penghubung.

Contoh :

Setelah berperang selama 40 tahun, kedudukan pasukan Aceh mulai terdesak. Buktinya, keluarga Sultan Aceh dapat ditawan Belanda dan dijadikan sandera. Perjuangannya didukung oleh suaminya Teuku Cik Tunong. Suasana perang membentuk pribadinya menjadi pejuang. Suami-istri itu mengadakan perang gerilya dan penyergapan terhadap patroli Belanda. Meskipun beberapa pimpinan tertangkap dan ada ajakan untuk berdamai dari Belanda namun para pejuang itu pantang mundur. Cut Meutia dihadapi kesulitan ketika pada bulan Mei 1905 karena tertangkapnya Cik Tunong oleh Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian, ia mengikuti pesan suaminya, Cik Tunong, untuk menikah lagi dengan teman akrab suaminya, Pang Nangru. Bersama suaminya yang baru itu, ia meneruskan perjuangan. Selanjutnya, dalam pertempuran sengit di Paya Cicem, pada tanggal 26 September 1910 Pang Nangru, suaminya, terbunuh tetapi Cut Meutia dapat meloloskan diri. Sehingga anaknya yang berumur 11 tahun dan bernama Raja Sabil mengikuti ibunya dalam medan pertempuran. Bahkan, saat Cut Meutia tertembak kakinya. Pasukan Belanda memerintahkan para pejuang untuk menyerah tetapi tidak dihiraukan oleh Cut Meutia. Sebaliknya, Cut Meutia mengarahkan pedangnya untuk menyerang tentara Belanda di hadapannya. Korban di pihak Belanda berjatuhan tetapi beberapa butir peluru yang bersarang di tubuhnya menyebabkan pejuang wanita itu gugur. Berdasarkan gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa Cut Meutia yang lahir di Perlak pada tahun 1870 adalah seorang pejuang kemerdekaan di Aceh.

b. Kesatuan paragraph : tiap paragraf hanya mengandung 1 pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama.

Contoh :

Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.

c. Kelengkapan paragraf : di dalam pragraf terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama.

Contoh :

Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil.

3. Pengembangan paragraf :

a. Cara pertentangan : menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.

Contoh :

Mengapa demokratisering dan dinamisering dengan cita-cita yang begitu luhur itu dapat kurang lancer jalannya, pada hemat kami memang bisa dimaklumi dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti bahwa kritik masih merupakan hal yang baru. Hal ini jelas kita taruhkan pada latar belakang orde lama sebagai kebalikannya. Dalam kehidupan orde lama kata “kritik” tidak termuat dalam kamus sehari-hari. Yang ada ialah kata-kata macam menjilat, mendukung tanpa reserve dan sebagai kelanjutannya adalah merongrong, ganyang dan mendongkel. Kata-kata terakhir itu diperuntukkan lawan-lawannya yang tidak sepaham, sebab setiao gejala yang menunjukkan akan adanya suatu pengertian ke arah kebaikan tetapi yang tidak begitu mendatangkan kenan lingkungan istana karena dipandang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku maka disebutnya merongrong kewibawaan, melawan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah. Kuliah filsafat yang menjadikan manusia bisa berpikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan studium generale kemudian harus dicabut dari lembaga ilmiah tertinggi ini dengan dalil ‘menghidupkan alam pikiran liberal’. Karenanya harus diganyang oleh setiap orang yang selalu siap mendukung tanpa reserve pada setiap tindakan yang mau merealisasikan gagasan ‘ilmu untuk rakyat’. Filsafat adalah ajaran kaum liberalis borjuis, dengan sendirinya rakyat yang menciptakan masyarakat sosialis emoh filsafat”.

b. Cara perbandingan : menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan,dan sementara itu.

Contoh :

Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Ke luar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Sedangkan Margareth Thacher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja ke tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan , ke pemakaman, ke upacara resmi misalnya ke parlemen.

c. Cara analogi : Bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.

Contoh :

Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.

d. Cara contoh-contoh : menggunakan kata seperti, misalnya,contohnya.

Contoh :

Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam bidang pembangunan maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk desa sudah lama kita kenal. Hasilnya pun tidak mengecewakan, seperti: perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung, dan lain sebagainya. Contoh lain adalah KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya, misalnya bahasa Indonesia masuk desa, jaksa masuk desa, listrik masuk desa, dan sebagainya.

e. Cara sebab akibat : dilakukan jika menerangkan suatu kejadian,baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.

Contoh :

Baru-baru ini petani Cimanuk gagal panen karena tanaman padi mereka diserang hama wereng. Peristiwa ini menelan kerugian ratusan juta rupiah. Selain itu, distribusi beras ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung terganggu.

f. Cara definisi : menggunakan kata-kata adalah, yaitu, ialah.

Contoh :

Istilah demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat. Ungkapan tersebut sering diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dalam pengertian ini hanya menggambarkan satu segi dari pengertian demokrasi yang sebenarnya. Pada hakikatnya, demokrasi merupakan sistem mentalitas untuk membina kehidupan bersama dalam masyarakat. Mentalitas yang dimaksud ialah mentalitas dalam pengertian cara berpikir, bersikap dan berbuat.

g. Cara klasifikasi : pengembagan paragraf melalui pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu.

Contoh :

Sebuah paragraf bahan pembentuk esai, artikel, bab, atau makalah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Pada tingkat esei, paragraf dapat digolongkan berdasarkan fungsinya seperti pendahuluan, pengembangan (isi), peralihan, ihtisar dan sejenis-nya. Berdasarkan tujuan pengarang, paragraf tertentu dapat di-lihat sebagai bujukan, keterangan, alasan, dan penggairahan. Paragraf dapat juga diklasifikasikan menurut teknik pengembangannya seperti teknik definisi, perbandingan, dan analisis. Cara pengembangan yang lain misalnya mengklasifikasikan paragraf menjadi pokok-pokok persoalan atau ide ke dalam kelompok yang lebih kecil. Klasifikasi yang demikian memungkinkan kita berbicara sejumlah paragraf dengan mengelompokkannya ke dalam kelompok-kelompok yang jumlahnya lebih kecil.

1 komentar: