Rock on!

Rock on!
Paramore

Senin, 28 Desember 2009

Citra Produk & positioning

Gracia E. R.
Kelas : 3EA06
Dosen : Yanti Budiasih


Salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan agar mampu bersaing adalah dengan menerapkan suatu penempatan (positioning) antara produk suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dengan melakukan penempatan (positioning) produk, suatu produk akan membentuk citra produk tertentu di benak konsumen.
Dalam pemasaran, positioning adalah cara yang dilakukan oleh marketer untuk membangun citra atau identitas di benak konsumen untuk produk, merk atau lembaga tertentu. Positioning adalah membangun persepsi relatif satu produk dibanding produk lain. Karena penikmat produk adalah pasar, maka yang perlu dibangun adalah persepsi pasar. Reposisi produk sangat ditentukan dari sudut pandang mana konsumen melihat citra produk kita, apabila kita menerapkan family branding dalam mengembangkan produk, maka keseluruhan citra perusahaan akan sangat mempengaruhi citra produk.
Citra berperan untuk menimbulkan preferensi untuk melakukan pembelian. Citra perusahaan juga akan mempengaruhi citra produk dan selanjutnya akan mempengaruhi preferensi untuk melakukan pembelian. Pembentukan citra dipengaruhi oleh familiaritas terhadap produk dan perusahaan yang bersangkutan. Familiaritas dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen yang bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain dan media massa. Citra merupakan suatu hal yang penting diperhatikan oleh perusahaan, apabila perusahaan memiliki citra yang baik maka produk dari perusahaan tersebut akan dapat pula diterima dengan baik dipasaran. Demikian halnya dengan citra yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan apabila produk sebelumnya memiliki citra yang baik maka pada peluncuran produk berikutnya kemungkinan besar akan mendapat sambutan yang baik pula bagi konsumen.
Citra produk merupakan persepsi masya-rakat terhadap produk yang dihasilkan per-usahaan. Citra produk dibangun agar menjadi postitif di mata publik, baik publik yang telah menggunakan produk itu maupun potensial customer yang hendak dibidik agar mengkon-sumsi produk tersebut. Manakala citra suatu merek produk telah menancap dalam pikiran konsumen, maka pada saat dia mempunyai rencana untuk membeli barang sejenis produk tersebut , yang pertama kali muncul dalam ingatan adalah merek produk yang sudah tertancap di pikirannya . Sehingga secara reflek mereka membelinya. Citra produk akan meningkat apabila produk bermutu tinggi dan terus-menerus mengalami perbaikan. Mutu produk diba-ngun dengan cara melakukan continuous improvement di segala aspek. Peningkatan kualitas perlu dibarengi dengan promosi memperkenalkan keunggulan produk terse-but. Pada masa sekarang dengan ramainya persaingan bisa saja terjadi produk yang sebenarnya bagus namun tidak sukses di pasar karena tidak dikenal oleh publik, gara-gara publik telah dibanjiri oleh informasi produk yang bertubi-tubi dari para pesaing.

Sumber :
Ø http://kopisusu.wordpress.com/category/manajemen-produk/
Ø http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/manajemen/pengaruh-penempatan-positioning-produk-terhadap-citra-produk-studi-pada-peng
Ø http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3020&Itemid=341
Ø http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/2890

Riset Pemasaran

Gracia E. R.
Kelas : 3EA06
Dosen : Yanti Budiasih


Riset Pemasaran merupakan kegiatan penelitian dibidang pemasaran yang dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan interprestasi hasil penelitian.
Dalam pemasaran, istilah pasar merujuk kepada kelompok atau organisasi konsumen yang tertarik dengan produk, memiliki sumber daya untuk membeli produk, dan diperbolehkan oleh undang-undang dan peraturan lainnya untuk mendapatkan produk. Diawali dengan jumlah penduduk, berbagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan pasar berdasarkan tingkat semakin kecil: - Total populasi. - Potensi pasar: mereka yang total penduduk yang mempunyai kepentingan dalam mendapatkan produk. - Tersedia pasar: orang-orang dalam yang memiliki potensi pasar cukup uang untuk membeli produk. Berkualitas tersedia pasar: mereka yang tersedia di pasar yang secara legal diizinkan untuk membeli produk. - Target pasar: segmen dari pasar yang tersedia kualifikasi perusahaan telah memutuskan untuk melayani (yang melayani pasar). Merambah pasar: orang-orang di pasar sasaran yang telah membeli produk.

Riset pemasaran terdiri dari 10 tahap yaitu:
Ø Menetapkan masalah riset
Ø Penentuan desain riset
Ø Metode pengumpulan data (primer atau sekunder)
Ø Penentuan desain pertanyaan, skala dan alat analisis
Ø Menentukan metode pengambilan sampel dari populasi yang diteliti
Ø Penulisan dan penyampaian proposal riset.
Ø Pengumpulan data
Ø Pengeditan, pengkodean, dan penginputan data
Ø Analisis dan penginterpretasian hasil riset
Ø Penulisan dan penyampaian laporan akhir

Ada beberapa bentuk riset pemasaran yang dapat dipertimbangkan, yang dikelompokkan ke dalam empat jenis dasar, yaitu:•Internal-analisis catatan penjualan, tingkat periklanan, harga versus volume, dan sebagainya.•Eksternal-menggunakan sumber daya di luar organisasi untuk melengkapi riset internal.•Reaktif-jawaban kuisioner, wawancara terstruktur, dan sebagainya.•Non reaktif-interpretasi terhadap fenomena yang diamati, misalnya merekam pelanggan di toko, mendengarkan panel pelanggan, dan sebagainya.

Riset pemasaran perlu dipahami sebagai sebuah input. Riset bukanlah hasil akhir yang kita inginkan, data riset justru berfungsi sebagai input yang akan kita olah lebih lanjut sesuai dengan tujuan dan kebutuhan kita. Contohnya, apabila kita melakukan riset pemasaran sebelum meluncurkan produk baru, riset bukanlah penentu apakah kita akan memasarkan produk tersebut atau tidak. Riset merupakan input yang nantinya akan kita olah menjadi strategi pemasaran. Sebagai sebuah input riset akan memberikan output. Output ini yang membuat riset menjadi hal yang penting dan dibutuhkan, yaitu informasi. Informasi dari riset dapat berupa data respons konsumen terhadap produk, profil konsumen baik dari segi demografi maupun psikografi, persepsi konsumen terhadap merek dan produk, serta banyak lagi hal yang lain.

Dalam membahas riset pemasaran dibedakan dalam dua tujuan, yakni penelitian teoritis atau akademis (theoritical research) dan penelitian terapan (applied research). Penelitian teoritis umumnya dilakukan oleh akademisi dan lebih berfokus pada pembuktian, evaluasi, atau pengembangan dari teori-teori pemasaran. Sedangkan penelitian terapan berfokus pada proses pengambilan keputusan dalam pemasaran.Penelitian teoritis cenderung lebih ketat dalam sistematika pelaporan risetnya. Sedangkan penelitian terapan, baik dilakukan oleh praktisi maupun akademisi, cenderung lebih praktis. Namun keduanya dapat memiliki kompleksitas masalah dari yang paling sederhana hingga yang cukup rumit. Tentunya tulisan-tulisan dalam blog ini dibahas berdasar pendekatan penelitian terapan, yang lebih bertujuan pada pengambilan keputusan pemasaran secara praktis.Istilah riset pemasaran (marketing research) seringkali dirancukan dengan riset pasar (market research). Sesungguhnya ada perbedaan tersendiri di antara kedua istilah ini. Riset pasar berfokus pada pasar yang telah ditentukan dengan produk barang atau jasa yang spesifik. Sedangkan riset pemasaran diartikan secara meluas, tidak terpaku pada penelitian aspek dari pasar atau produk saja. Dengan kata lain riset pasar merupakan bagian dari riset pemasaran.




Sumber :
Ø http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/manajemen-pemasaran/riset-pemasaran
Ø http://www.midas-solusi.com/knowledge-space,en,detail,39,tahap-tahap-melakukan-riset-pemasaran
Ø http://rson-r-son.blogspot.com/2009/05/riset-pemasaran.html
Ø http://id.reingex.com/id85.asp
Ø http://economy.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/07/23/73376/memanfaatkan-data-riset-pemasaran
Ø http://www.sigmaresearch.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=49:apa-itu-riset-pemasaran&catid=34:berita-utama&Itemid=67

Sabtu, 24 Oktober 2009

Motivasi konsumen dalam membeli produk



Nama : Gracia E. R.

NPM : 10207506

Kelas : 3EA06

Dosen : Yanti Budiasih

Perilaku Konsumen

Motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap konsumen dalam membeli suatu produk.

Dalam hal motivasi pembelian produk, konsumen memiliki kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Selain itu, persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk juga mungkin akan memberikan kepuasan kepada pelanggan yang kemudian menciptakan minat bagi pelanggan untuk melakukan pembelian ulang (loyalitas) produk tersebut. Di era globalisasi dan pasar bebas, berbagai jenis barang dan jasa dengan ratusan merek membanjiri pasar Indonesia.

Persaingan antar merek setiap produk akan semakin tajam dalam merebut konsumen.Untuk dapat mengenal, menciptakan dan mempertahankan pelanggan, maka studi tentang perilaku konsumen sebagai perwujudan dari aktivitas jiwa manusia sangatlah penting.

Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusannya dalam pembelian suatu barang. Seperti yang dikemukakan oleh Suharto (2001:3), bahwa proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor sosiokultur (kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi) dan faktor psikologis (sikap, persepsi, motivasi dan gaya hidup).

Proses pengambilan keputusan pembelian memiliki lima tahap sebagaimana yang dikemukakan oleh Kotler (2000:204) yaitu: tahap pengenalan masalah atau kebutuhan, tahap pencarian informasi, tahap evaluasi altematif, tahap keputusan pembelian, dan tahap perilaku pasca pembelian.


Untuk mengetahui dan mengenali konsumen, biasanya dilakukan lewat survey konsumen untuk memetakan dan mengetahui perilaku konsumen.

Motivasi konsumen erat kaitannya dengan yang namanya “keinginan”. Tidak perlu bingung dan berdebat panjang memahami mana yang berupa “keinginan” dan mana yang berupa “kebutuhan” konsumen. Sebab keduanya meski berbeda, namun yang jelas, keduanya mendorong terjadinya pembelian oleh konsumen.

Ketika produk sudah ditargetkan pada segmen tertentu, diposisikan, dan menetapkan pasar sasaran tertentu, maka keberhasilan pemasarannya ditentukan oleh program-program pemasaran selanjutnya. Dan tentunya, program pemasaran ini harus mengakomodasi faktor-faktor yang terkait. Tentunya banyak faktor yang terkait dalam hal ini. Salah satu faktor utama adalah konsumen. Keputusan pembelian, dalam hal ini pertukaran barang atau jasa, merupakan tahapan yang sangat penting. Tahap ini merupakan muara dari pertimbangan-pertimbangan yang mereka lakukan sebelumnya, sekaligus sebagai dasar umpan balik untuk mereka di masa yang akan datang. Keputusan pembelian konsumen ini dapat berupa pilihan mengenai produk atau jasa apa yang mereka beli, merek apa yang akan mereka beli, kapan dan dimana mereka akan membeli, berapa jumlahnya, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan bagaimana mereka melakukan pembelian itu. Didalam menentukan keputusan pembelian inilah, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mengambil keputusan pembeliannya, memberikan pertimbangan-pertimbangan yang akan menentukan keputusan akhirnya. Tentunya ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Salah satu dari sekian faktor itu yang sangat menarik dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap.

Inilah yang membuat faktor ini menarik untuk diperhatikan. Diantara banyak pengaruh dan komponen yang berinteraksi dalam membentuk suatu perilaku konsumen, keempat faktor ini tentu memberikan kontribusi yang besar secara internal dan individual dalam menentukan keputusan pembelian konsumen pada akhirnya. Sebagai faktor yang tidak dikondisikan oleh pemasar, faktor ini harus dimanfaatkan dengan tepat dengan rangsangan-rangsangan pemasaran yang dapat membangkitkan faktor yang bersifat kejiwaan ini.

Di dalam proses untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut, tentunya konsumen yang bersangkutan akan mencari informasi yang berkaitan untuk kemudian mengevaluasinya. Kemudian dari informasi-informasi dan alternatif yang telah diperoleh tadi sebelum diputuskan untuk melakukan pembelian atau tidak, sebelumnya, terlebih dahulu hal ini diproses dalam pertimbangan di dalam diri konsumen tersebut. Dalam proses inilah faktor-faktor pengaruh psikologis atau internal tadi sangat memegang peranan yang penting untuk memutuskan apakah ia jadi melakukan kegiatan pembelian atau tidak. Tentu saja dengan tidak mengesampingkan faktor-faktor yang lain, dalam hal ini motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap itu memegang peranan yang sangat penting.

Dalam pengambilan keputusan pembelian produk tertentu, faktor motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap dapat memegang peranan yang besar. Dalam proses keputusan pembelian sebelum menentukan untuk melakukan tindakan pembelian suatu produk, konsumen tentu saja memiliki motivasi tertentu yang diharapkan akan tercapai setelah melakukan pembelian. Demikian juga dengan persepsinya akan produk, yang juga menentukan keputusannya, akan sangat tergantung dari penginterpretasian stimuli, situasi dan informasi yang didapatkan.Selain hal itu proses pembelajaran juga memegang peranan yang penting mengingat ketika akan memutuskan pembelian, tentu saja tidak lepas dari pengalaman dan proses mengenal suatu produk itu baik pengetahuan yang berasal dari pengalaman dia sendiri maupun pengalaman orang lain. Sikap tidak kalah pentingnya, mengingat ini menyangkut tanggapan seseorang terhadap suatu obyek, yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keputusan pembeliannya.

Melihat pentingnya faktor motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap inilah, diperlukan pengetahuan yang tepat mengenai pengaruh keempat faktor ini terhadap keputusan pembelian suatu produk. Seperti yang telah dijelaskan diatas, keberhasilan seorang pemasar sangat ditentukan oleh program pemasarannya, dimana salah satu hal mendasar yang harus selalu diingat oleh seorang pemasar ialah orientasi pada konsumen, karena tentu setiap program pemasaran selalu bertumpu pada konsumen mereka.

Dalam memahami prilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat langsung terhadap prilaku konsumen. Faktor eksternal yang dimaksud meliputi kebudayaan, sub budaya,kelas social,kelompok social, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan factor internal adalah factor yang ada pada diri konsumen itu sendiri (psikologis) yang meliputi: belajar, kepribadian, dan konsep diri,serta sikap (Stanton,1996:155). Oleh sebab itu konsumen harus dapat mengendalikan perubahan perilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup produsen itu sendiri. Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar, haus, saat mencapai titik tertentu dapat menjadi sebuah dorongan. Kebutuhan juga dapat ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat menidentifikasi rangsangan yang paling sering membengkitkan minat akan suatu jenis produk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka pilihan produk dan merk harus diidentifikasi untuk memenuhi kebutuhanya. Dalam mencari berbagai alternative pilihan untuk memuaskan kebutuhan, seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, berapa banyak informasi dari masa alalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki oleh konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Sewcara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Jika samua alternative yang wajar telah diidentifikasikan, konsumen harus mengevaluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan kelompok lain. Beberapa konsep dasar akan dapat membantu pemasar dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuasakan kebutuhan. Setelah mencari dan mengvaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan, konsumen pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain. Saat membeli suatu produk,bagi seorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidakpuasan tertentu. Perasaan konsumen setelah malakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakan oleh konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut.Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli,kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kesantunan paragraf

Nama : Gracia E.R.

NPM : 10207506

Kelas : 3EA06

Dosen : Sugito Martodiwiryo

Tugas Bahasa Indonesia

1. Pengertian paragraf : paragaf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran.

2. Syarat paragraph yang baik :

a. Kepaduan paragraph : mampu merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu dengan menggunakan kata penghubung.

Contoh :

Setelah berperang selama 40 tahun, kedudukan pasukan Aceh mulai terdesak. Buktinya, keluarga Sultan Aceh dapat ditawan Belanda dan dijadikan sandera. Perjuangannya didukung oleh suaminya Teuku Cik Tunong. Suasana perang membentuk pribadinya menjadi pejuang. Suami-istri itu mengadakan perang gerilya dan penyergapan terhadap patroli Belanda. Meskipun beberapa pimpinan tertangkap dan ada ajakan untuk berdamai dari Belanda namun para pejuang itu pantang mundur. Cut Meutia dihadapi kesulitan ketika pada bulan Mei 1905 karena tertangkapnya Cik Tunong oleh Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian, ia mengikuti pesan suaminya, Cik Tunong, untuk menikah lagi dengan teman akrab suaminya, Pang Nangru. Bersama suaminya yang baru itu, ia meneruskan perjuangan. Selanjutnya, dalam pertempuran sengit di Paya Cicem, pada tanggal 26 September 1910 Pang Nangru, suaminya, terbunuh tetapi Cut Meutia dapat meloloskan diri. Sehingga anaknya yang berumur 11 tahun dan bernama Raja Sabil mengikuti ibunya dalam medan pertempuran. Bahkan, saat Cut Meutia tertembak kakinya. Pasukan Belanda memerintahkan para pejuang untuk menyerah tetapi tidak dihiraukan oleh Cut Meutia. Sebaliknya, Cut Meutia mengarahkan pedangnya untuk menyerang tentara Belanda di hadapannya. Korban di pihak Belanda berjatuhan tetapi beberapa butir peluru yang bersarang di tubuhnya menyebabkan pejuang wanita itu gugur. Berdasarkan gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa Cut Meutia yang lahir di Perlak pada tahun 1870 adalah seorang pejuang kemerdekaan di Aceh.

b. Kesatuan paragraph : tiap paragraf hanya mengandung 1 pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama.

Contoh :

Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.

c. Kelengkapan paragraf : di dalam pragraf terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama.

Contoh :

Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut seperti halnya peminat atau penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak adanya penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Lautan Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil.

3. Pengembangan paragraf :

a. Cara pertentangan : menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.

Contoh :

Mengapa demokratisering dan dinamisering dengan cita-cita yang begitu luhur itu dapat kurang lancer jalannya, pada hemat kami memang bisa dimaklumi dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti bahwa kritik masih merupakan hal yang baru. Hal ini jelas kita taruhkan pada latar belakang orde lama sebagai kebalikannya. Dalam kehidupan orde lama kata “kritik” tidak termuat dalam kamus sehari-hari. Yang ada ialah kata-kata macam menjilat, mendukung tanpa reserve dan sebagai kelanjutannya adalah merongrong, ganyang dan mendongkel. Kata-kata terakhir itu diperuntukkan lawan-lawannya yang tidak sepaham, sebab setiao gejala yang menunjukkan akan adanya suatu pengertian ke arah kebaikan tetapi yang tidak begitu mendatangkan kenan lingkungan istana karena dipandang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku maka disebutnya merongrong kewibawaan, melawan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah. Kuliah filsafat yang menjadikan manusia bisa berpikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan studium generale kemudian harus dicabut dari lembaga ilmiah tertinggi ini dengan dalil ‘menghidupkan alam pikiran liberal’. Karenanya harus diganyang oleh setiap orang yang selalu siap mendukung tanpa reserve pada setiap tindakan yang mau merealisasikan gagasan ‘ilmu untuk rakyat’. Filsafat adalah ajaran kaum liberalis borjuis, dengan sendirinya rakyat yang menciptakan masyarakat sosialis emoh filsafat”.

b. Cara perbandingan : menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan,dan sementara itu.

Contoh :

Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Ke luar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Sedangkan Margareth Thacher. Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja ke tempat yang agak murah. Ia hanya memakai topi ke pernikahan , ke pemakaman, ke upacara resmi misalnya ke parlemen.

c. Cara analogi : Bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.

Contoh :

Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.

d. Cara contoh-contoh : menggunakan kata seperti, misalnya,contohnya.

Contoh :

Dalam rangka mengejar ketertinggalan desa baik dalam bidang pembangunan maupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk desa sudah lama kita kenal. Hasilnya pun tidak mengecewakan, seperti: perbaikan jalan, pembuatan jembatan, pemugaran kampung, dan lain sebagainya. Contoh lain adalah KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pula dinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya: peningkatan pengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikan dalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir ini surat kabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya masih belum kelihatan. Barangkali perlu pula dipikirkan program selanjutnya, misalnya bahasa Indonesia masuk desa, jaksa masuk desa, listrik masuk desa, dan sebagainya.

e. Cara sebab akibat : dilakukan jika menerangkan suatu kejadian,baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat.

Contoh :

Baru-baru ini petani Cimanuk gagal panen karena tanaman padi mereka diserang hama wereng. Peristiwa ini menelan kerugian ratusan juta rupiah. Selain itu, distribusi beras ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung terganggu.

f. Cara definisi : menggunakan kata-kata adalah, yaitu, ialah.

Contoh :

Istilah demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat. Ungkapan tersebut sering diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dalam pengertian ini hanya menggambarkan satu segi dari pengertian demokrasi yang sebenarnya. Pada hakikatnya, demokrasi merupakan sistem mentalitas untuk membina kehidupan bersama dalam masyarakat. Mentalitas yang dimaksud ialah mentalitas dalam pengertian cara berpikir, bersikap dan berbuat.

g. Cara klasifikasi : pengembagan paragraf melalui pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu.

Contoh :

Sebuah paragraf bahan pembentuk esai, artikel, bab, atau makalah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Pada tingkat esei, paragraf dapat digolongkan berdasarkan fungsinya seperti pendahuluan, pengembangan (isi), peralihan, ihtisar dan sejenis-nya. Berdasarkan tujuan pengarang, paragraf tertentu dapat di-lihat sebagai bujukan, keterangan, alasan, dan penggairahan. Paragraf dapat juga diklasifikasikan menurut teknik pengembangannya seperti teknik definisi, perbandingan, dan analisis. Cara pengembangan yang lain misalnya mengklasifikasikan paragraf menjadi pokok-pokok persoalan atau ide ke dalam kelompok yang lebih kecil. Klasifikasi yang demikian memungkinkan kita berbicara sejumlah paragraf dengan mengelompokkannya ke dalam kelompok-kelompok yang jumlahnya lebih kecil.

Sabtu, 03 Oktober 2009

Biodata

Nama : Gracia E. R.
NPM : 10207506
Kelas : 3EA06

Namaku Gracia Elisabeth Rori, biasa dipanggil Grace. Lahir di Jakarta, 26 Sptember 1989. Aku tinggal di Komplek Bona Indah blok A7 no. 18, di Jakarta selatan. Aku tinggal sama orangtua dan 1 ade perempuan namanya Jade yang 1 tahun lebih muda. Hobiku dengerin musik..Aku suka hampir semua jenis musik, terutama musik rock..hehe..aku suka banget sama band-band rock seperti Incubus, Paramore, MCR, dll banyak banget deh..Aku juga suka banget nonton pertandingan sepakbola, timnas favoritku Jerman, klub favoritnya Bayern Muenchen..Warna favoritku hitam dan putih.Aku itu orangnya kadang ceroboh, cuek, dan agak kaku..kata teman-teman saya itu agak tomboi..hehe..Cita-citaku mau jadi pengusaha, inginnya sih mau jadi pengusaha batik yang dipasarkan ke seluruh kota dalam negeri dan luar negeri, pokoknya aku mau jadi orang yang membanggakan orang tua dan orang lain. Motto aku 'selalu berdoa dan berusaha'.
Aku yakin banget pasti cita-citaku bisa tercapai kalau aku selalu berusaha dengan keras..

Demikian biodata singkat saya

Sabtu, 26 September 2009

Tujuan Penetapan Harga

Tujuan Penetapan Harga :

1. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
2. Mempertahankan perusahaan
3. Menggapai ROI (Return on Investment)
4. Menguasai Pangsa Pasar
5. Mempertahankan status quo

Metode Penetapan Harga Produk :

1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (supply demand approach)
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
2. Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis.
3. Pendekatan Pasar (market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain.


Dikutip dari : www.organisasi.org

Selasa, 15 September 2009

Menurut Wikipedia.com,dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan.Dalam tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.
Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti "sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya".Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce, merupakan serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun
1575, kata "produk" merujuk pada apapun yang diproduksi ("anything produced").Namun sejak 1695, definisi kata product lebih merujuk pada sesuatu yang diproduksi ("thing or things produced"). Produk dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi Adam Smith.
Dalam penggunaan yang lebih luas, produk dapat merujuk pada sebuah barang atau unit, sekelompok produk yang sama, sekelompok barang dan jasa, atau sebuah pengelompokan industri untuk barang dan jasa.

Produk identik dengan barang.Tingkat penjualan produk akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Siklus hidup produk mengacu pada tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh produk tersebut. Siklus hidup produk adalah rangkaian strategi yang diterapkan oleh manajemen dalam menghadapi siklus tersebut.
Berikut ini beberapa tipe produk :
Consumer products
Industrial products
Convenience goods
Impulse goods
Emergency goods
Shopping goods
Specialty goods
Unsought goods
Perishable goods
Durable goods
Non-durable/consumption/consumable goods
Capital goods
Parts and materials
Supplies and services
Commodities
By-products


Diferensiasi produk adalah kegiatan memodifikasi produk agar menjadi lebih menarik.Tujuan dari strategi diferensiasi adalah mengembangkan positioning yang tepat sesuai keinginan konsumen potensial yang ingin dituju

Brand management atau manajemen merk adalah salah satu praktik pemasaran yang spesifik menangani produk. Para marketer melihat merk memiliki implikasi penting terhadap citra kualitas produk yang ingin ditampilkan ke konsumen dengan harapan bahwa dengan adanya jaminan standart kualitas melalui merk, konsumen akan terus membeli produk dari lini produk yang sama. Merk juga dapat meningkatkan penjualan dan membuat satu poduk lebih mudah bersaing. Dengan merk, maka harga bisa dinaikkan sehingga berimplikasi pada naiknya omset dan keuntungan penjualan.
Manajemen Produk adalah salah satu dari 4 wilayah pemasaran, manajemen produk bertanggung jawab terhadap 4P, Product, Pricing, Placement and Promotion.

Ada tiga jenis klasifikasi produk yaitu convinience goods, shoopping goods dan specialty goods.
Convinience goods adalah barang-barang yang frekuensi pembeliannya termasuk tinggi atau dibeli secara rutin.
Shopping goods adalah barang-barang yang dibeli oleh konsumen yang dalam pemilihan dan pembeliannya diperlukan pembanding-pembanding dalam hal harga, model dan kecocokannya.
Specialty goods adalah suatu barang yang mempunyai karakteristik unik dan punya merek yang kuat dimana pembeli punya kebiasaan mau bersusah payah dalam membeli.

dikutip dari : http://kopisusu.wordpress.com/2006/02/17/32/